Laporan Temuan Penelitian Pemberdayaan Perempuan dalam Konteks Muslim Tahun 2008-2009
Penulis: Dian Kartika Sari, Felmi, Yetty, Juni Warlif dan Lolly Suhenty
Balai Perempuan sebagai Organisasi Akar Rumputdalam Menghadapi Tantangan Pemberdayaan di Padang Pariaman
{Penelitian ini juga merekam proses pemberdayaan di Balai Perempuan sebagai organisasi akar rumput yang menjadi wadah bersama perempuan dalam menyusun dan menggunakan strategistrategi untuk pemberdayaan individu dan pemberdayaan kelompok dalam mengahadapi kenyataan}
Daftar Isi
PENGANTAR
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian WEMC
2. Tujuan Penelitian
3. Metodologi Penelitian
4. Ruang Lingkup Penelitian
5. Penentuan Wilayah Penelitian
6. Penentuan Responden
BAB II SEKILAS TENTANG KOALISI PEREMPUAN INDONESIA
1. Sejarah dan Bentuk Organisasi Koalisi Perempuan Indonesia
2. Dinamika Strategi Pengorganisasian dalam Koalisi Perempuan
Indonesia
a. Top Down Strategy (1999-2002)
b. Bottom Up Strategy (2002- 2009)
3. Dampak Perubahan Strategy terhadap Pertumbuhan Organisasi
4. Dampak Perubahan Strategi Terhadap Anggota Organisasi
BAB III IDE LAHIR DAN TUMBUHNYA BALAI PEREMPUAN
1. Lahirnya Balai Perempuan
2. Balai Perempuan mengembalikan Hak untuk berkumpul dan
Berserikat
3. Perempuan Bicara Tentang Kehidupan dalam Balai
4. Bila Perempuan Bicara tentang Dirinya dalam Balai
5. Menjadikan Balai sebagai kekuatan pemersatu gerakan
6. Balai dalam Kontek Ruang dan Waktu
BAB IV. BALAI PEREMPUAN DALAM RANAH MINANG
1. Minang sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Otonomi Daerah
2. Tata Kehidupan di ranah Minang
3. Peran dan Posisi Perempuan di Ranah Minang
4. Peran dan Posisi Koalisi Perempuan Wilayah Sumatra Barat
Terhadap Sumatara Barat
BAB V. BALAI PEREMPUAN DI PARIAMAN
1. Sejarah Lahirnya Kota Pariaman
2. Peran Koalisi Perempuan dalam Pembentukan Kota Pariaman
3. Balai Perempuan Di Desa Taluk
3.1. Profil Desa Taluk
3.2. Pembentukan Balai Perempuan di Desa Taluk
3.3. Aktifitas Balai dalam situasi dan waktu
3.4. Dampak Balai Perempuan Bagi Anggota
3.5. Dampak Balai Perempuan bagi Desa Taluk
4. Balai Perempuan Di Desa Bato
4.1. Profil Desa Bato
4.2. Pembentukan Balai Perempuan di Desa Bato
4.3. Aktifitas Balai dalam situasi dan waktu
4.4. Dampak Balai Perempuan Bagi Anggota
4.5. Dampak Balai Perempuan bagi Desa Bato
5. Balai Perempuan Di Korong Bungin
5.1. Profil Korong Bungin
5.2. Pembentukan Balai Perempuan di Korong Bungin
5.3. Aktifitas Balai dalam situasi dan waktu
5.4. Dampak Balai Perempuan Bagi Anggota
5.5. Dampak Balai Perempuan bagi Korong Bungin
BAB VI. ANALISIS DAN PEMBELAJARAN
BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
LAMPIRAN
ABSTRAK
Penelitian tentang Balai Perempuan di tiga wilayah yang ada di Padang Pariaman, Sumatera Barat, dalam menghadapi tantangan pemberdayaan ini hendak membuktikan apakah Balai Perempuan sebagai salah satu struktur Koalisi Perempuan Indonesia di tingkat paling bawah yang berbasis anggota , dengan sendirinya mampu menjadi wadah pemberdayaan bagi perempuan-perempuan yang dampak positif bagi anggotanya juga bagi perempuan lain, masyarakat dan pemangku kepentingan.
Penelitian ini juga merekam proses pemberdayaan di Balai Perempuan sebagai organisasi akar rumput yang menjadi wadah bersama perempuan dalam menyusun dan menggunakan strategi-strategi untuk pemberdayaan individu dan pemberdayaan kelompok dalam mengahadapi kenyataan, sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Penelitian ini juga melihat perbedaan penafsiran dan implementasi tentang Balai Perempuan di desa Bato, Desa Taluak dan Korong Bungin yang meliputi cara pandang, penerimaan, pembahasan isu yang diprioritaskan, pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar perempuan yang secara aktif terlibat di Balai Perempuan merasakan dampak positif dari keterlibatan mereka secara individu maupun kolektif. Hasil penelusuran dan wawancara ditemukan bahwa salah satu faktor yang menarik mereka untuk terlibat aktif di Balai Perempuan, adalah adanya ajakan dan perubahan positif yang tampak dari para anggota yang telah lebih dulu aktif.
Meski demikian, proses pemberdayaan yang berpusat pada perempuan masih dihadapkan pada hambatan dan beberapa kendala dari sesama perempuan yang secara sadar atau tidak, menginternalisasikan ideologi patriarkhi.
Temuan penelitian sepanjang 2009 dapat menjadi bahan refleksi Koalisi Perempuan Indonesia dalam melihat relasi antar struktur dari Balai Perempuan sampai tingkat nasional. Sehingga ciat-cita adanya organisasi massa perempuan yang kuat sebagaimana diamanatkan dalam garis nilai dasar dan gerakan organisasi dapat diwujudkan.